Web hosting adalah layanan untuk menyimpan data – data untuk diakses melalui internet, anda bisa menyimpan gambar, video, teks, audio, aplikasi web, program, dan database yang biasanya tersusun menjadi sebuah website. Web hosting sendiri ada beberapa jenis maka pilihlah yang sesuai dengan kebutuhan dan budget pengeluaran anda.
Hosting bertipe shared (berbagi) adalah suatu sistem web hosting dimana dalam 1 server akan terdapat lebih dari 1 website dari masing – masing pelanggan. Umumnya bisa dari puluhan, ratusan bahkan sampai ribuan situs tergantung pihak penyedia layanan hosting dan kekuatan servernya. Inilah yang menyebabkan harganya paling terjangkau dibanding jenis hosting web lainnya. Karena dalam 1 server terdapat banyak website maka pasti ada batasan penggunaan resource hosting, ini yang harus anda perhatikan.
Shared hosting adalah jenis hosting paling mudah karena ada control panel untuk manajemen web hosting anda, biasanya adalah cPanel atau Plesk. Anda bisa menemukan stack teknologi standar web server disini, mulai dari Apache, MySQL dan PHP adalah yang paling umum. Jarang yang menyediakan hosting Ruby, Python, atau PostgreSQL, apalagi yang lebih eksotis seperti Node.js atau Go.
Server shared hosting sendiri umumnya menggunakan Apache, dan kalau si web hoster mengincar performa maka LiteSpeed adalah pilihannya karena kompatibel dengan konfigurasi Apache. Sedangkan sistem operasi server umumnya adalah CentOS dan kalau ingin performa lebih biasanya menggunakan CloudLinux. Dengan setting yang sama kombinasi LiteSpeed dan CloudLinux akan memiliki kecepatan dan kemampuan melayanai pengunjung yang lebih baik dibanding server standar Apache dan distro Linux biasa. Jadi kalau ada web hosting yang menawarkan salah satu atau keduanya maka jadikan pertimbangan utama.
Virtual Private Server
Sedangkan Virtual Private Server (VPS) adalah jenis hosting dimana dalam 1 server akan terbagi menjadi beberapa server virtual, disini anda diharapkan melakukan setting up web server anda sendiri. Sebenarnya tidak wajib dibuat untuk hosting website, anda bisa menggunakannya untuk proxy server, SSH server, VPN server, seedbox, mail server dan masih banyak lagi.
Harganya secara keseluruhan diatas harga shared hosting tapi memiliki performa yang jauh lebih baik karena anda gunakan sendiri resourcenya sehingga lebih leluasa. Kalau shared hosting tidak memadai lagi maka gunakanlah VPS sebagai langkah upgrade.
Nantinya anda akan menemukan istilah jenis VPS seperti OpenVZ, KVM, HVM atau Hyper-V Ini tergantung anda mau menginstall sistem operasi apa dalam VPS anda. Kalau Windows maka jangan pilih OpenVZ, karena untuk sekarang masih belum bisa. Tapi OpenVZ biasanya adalah yang lebih murah diantara semuanya.
Cloud Hosting
Hosting berjenis cloud menawarkan kelebihan dimana website anda akan disebarkan ke seluruh server milih web hoster tersebut, sehingga kalau ada masalah pada salah 1 server maka server yang lain akan melayaninya. Bisa dikatakan situs anda tidak akan pernah mati (down) karena akan selalu ada dan kecepatan aksesnya akan selalu stabil cepat karena pengunjung akan memuat website dari lokasi server terdekat. Amazon Web Services merupakan contohnya, dan harganya sendiri akan cukup mahal kalau cuma dipakai website pribadi.
Colocation Server
Colocation server berarti anda menitipkan sebuah server ke data centre, jadi hanya membayar biaya sewa tempat, fasilitas, dan koneksi jaringan. Biasanya penggunaan server kolokasi ini karena spesifikasi hardware anda lebih baik atau menekan biaya daripada membeli dedicated server.
Dedicated Server
Hosting jenis dedicated adalah dimana 1 server anda gunakan sendirian, jadi anda sendiri yang bertanggung jawab dan bisa memaksimalkan kemampuan hardware server secara maksimal. Cara menggunakannya sama persis dengan VPS. Tapi sistem persiapannya agak sedikit lama karena setiap pesanan anda akan dirakitkan dan dites oleh penyedianya sebelum bisa anda gunakan, kalau ready stock bisa dalam 1×24 jam, kalau tidak ya bisa sampai 1 minggu.
Lainnya
Sebelum menggunakan hosting yang mana kalau masih pada tahap awal maka shared hosting saya rasa adalah pilihan tepat, kalau sudah tidak mampu baru anda bisa mempertimbangkan pindah hosting atau upgrade ke yang lebih baik. Anda bisa mensimulasikan beban kerja server menggunakan Load Impact untuk mengetahui sampai berapa pengunjung website anda mampu melayani dengan baik, jadi anda akan mendapatkan perkiraan angka kunjungan untuk persiapan migrasi.
Kalau untuk wordpress, saran yang bagus apa ya?
Halo Krisna, untuk WordPress sebenarnya juga butuhnya tidaklah berat cukup shared hosting yang 100ribuan per tahun kalau masih baru situsnya. Bila pengunjungnya sudah ribuan barulah kita mempertimbangkan pindah ke shared hosting yang lebih sakti atau langsung migrasi ke VPS. Yang membatasi antara kemampuan teknis, waktu dan dananya saja.
Selamat sore mas Chandra,
Mengenai LiteSpeed, saya mau tanya bila sudah langganan hosting dgn server LiteSpeed, apakah masih harus pasang lagi Plugin LiteSpeed Cache for WordPress pada website kita?
Mau usul nih, mungkin mas Chandra bisa buat artikel baru mengenai tutorial Recommended Setting (The Best Setting Configuration) dari Plugin LiteSpeed Cache for WordPress, pasti banyak pembaca yg ingin tahu karena masih pada bingung untuk setting yang benar dari plugin tersebut.
Terima kasih sebelumnya 🙂
Kalau web hostingnya pakai LiteSpeed, memang lebih baik pakai ini mas. Bisa memanfaatkan arsitektur web servernya dengan lebih optimal.
Saya sendiri masih pakai setting default kok. 🙂
Ya mas, bbrp waktu lalu saya sdh pakai plugin LiteSpeed Cache for WordPress ini memakai settingan defaultnya, di mana utk settingan CSS,JS,HTML – Minify, Combine, Gzip Compression, Load Asynchronously, JS Deferred, dsb itu non aktif/off, jadi hanya ikut default setting saja yaitu Cache, Database (DB) Optimizer, Image Optimization saya pakai/aktif on.
Hal ini karena di shared hosting yg sy pakai sdh support HTTP/2, jadi berdasar hasil Google Search yg saya baca bahwa proses Minify dsb di atas, sdh tdk diperlukan lagi di sever HTTP/2.
Pernah jg sy tes kecepatan via GT Metrix/Google Page Speed/Pingdom Tools dgn mengaktifkan setting Minify dsb di plugin ini, malah membuat website jadi lebih lambat & agak susah diakses dibandingkan kalau settingan tsb di off-kan.
Ok mas Chandra, tks atas tanggapannya – sukses trus 🙂
Trims. 🙂