Pengalaman (gagal) vaksin COVID-19

Advertisements

Akhirnya setelah mendaftar sebulanan dapat jadwal juga untuk vaksin COVID-19. Sebenarnya akhir Juni sempat mendapatkan notifikasi dari RT/RW rumah, tapi tidak jadi karena prioritas lansia diatas usia 50. Yang muda ngalah dong, prioritas yang lebih rentan dulu.

Kalau akhir Juni lalu jenisnya AstraZeneca, maka kali ini Sinovac. Buat saya, yang manapun tidak masalah asalkan sudah divaksin.

Daftar dan menunggu jadwal vaksin.

Dapat pesan whatsapp lagi bahwa besoknya bisa ke balai desa untuk suntik vaksin Corona. Jadwalnya sih jam 10 pagi, tapi jam 9 sudah mulai banyak yang antri.

ruang tunggu vaksinasi corona

Jam 10an baru daftar ulang dan verifikasi data. Jam 11an baru mulai prosesnya, ini kalau saya lihat sudah hampir 100 orang menunggu.

Isi data dan verifikasi

Ada formulir yang wajib diisi dengan biodata peserta dan tentunya fotocopy KTP, juga beberapa pertanyaan soal kondisi kesehatan. Beberapa diantaranya:

  1. Ada alergi atau tidak?
  2. Apakah sedang hamil?
  3. Menderita penyakin autoimun.
  4. Sedang menjalani pengobatan penghambat imun tubuh.
  5. Sakit jantung atau dalam keadaan sesak.

formulir vaksinasi corona

Advertisements

Sedangkan untuk lansia diatas usia 60 tahun ada lagi pertanyaannya:

  1. Soal naik tangga apakah kecapekan.
  2. Sering merasa lelah.
  3. Capek atau tidak berjalan 100-200 langkah.
  4. Ada penurunan berat badan drastis dalam 1 tahun terakhir.
  5. Dan penyakit yang diderita seperti kanker, gagal ginjal, sakit jantung, stroke, asma, darah tinggi, dan paru-paru.

Kalau jawabannya ya, akan ditolak. Tapi bisa minta surat dokter untuk memastikan apakah kondisinya cukup prima untuk vaksin kembali.

Proses vaksinasi

Lama menunggu antar vaksinasi corona ini tidak lama, 5 orang per panggilan dan 10-15 menit totalnya sampai 5 orang berikutnya.

Waktu giliran saya sambil membawa formulir tadi. Dicek tekanan darah saya. Saya kira cuma formalitas, ternyata ini yang menjadi masalahnya.

3 kali dites tensi saya tinggi sekali mencapai 190. Dimana Sinovac syaratnya maksimal 180 dan AstraZeneca maksimal 160. Akhirnya saya disuruh duduk-duduk dulu di ruangan tunggu 15 menitan dan dicoba lagi.

Singkat cerita masih tetap gagal, tidak ada bedanya. Ditanyakan apakah tidak merasa pusing. Atau jangan tegang. Mungkin takut jarum suntik.

Advertisements

Tambahan saja, apabila berhasil vaksin maka langkah selanjutnya adalah penjadwalan vaksin kedua. Ini akan diberitahukan langsung oleh petugasnya kapan tanggalnya. Kurang lebih jaraknya sebulan kemudian.

Nasehat dokter

Dapat sedikit wejangan dari dokternya bahwa saya kemungkinan mengidap darah tinggi (hipertensi). Harap ke dokter lain untuk konsultasi.

Kalau dibiarkan tidak menutup kemungkinan menderita penyakit yang lebih parah seperti gagal ginjal, sakit jantung, kebutaan, stroke dan sebagainya.

Apalagi berbahayanya saya tidak merasakan apa-apa, masih normal semuanya. Ini dikatakan bahayanya darah tinggi hingga disebut silent killer.

Penutup

Jadinya saya was-was akan kesehatan saya. Karena ini saya lihat lebih ke psikis karena kebiasaan hidup dan makan saya masih tergolong biasa.

Jam tidur saja yang tidak normal. Tidak bisa tidur jam normal sejak tahun lalu. Mungkin kepikiran beban hidup juga.

Yah… sekarang saya coba menyehatkan diri dulu dan akan mencoba lagi kemudian. Akan saya update lagi kalau ada kabarnya.

Advertisements

Tinggalkan komentar